SELAMAT BERGABUNG DENGAN SDIT AR RAHMAH PACITAN

Visi SDIT : CERDAS, MANDIRI, BERAKHLAK MULIA DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP

GEDUNG SDIT AR RAHMAH PACITAN

SDIT Ar Rahmah memiliki ruang kelas yang lengkap, lab komputer, masjid, kantin, toko sekolah, pos satpam ruang uks, perpustakaan yang memadai

Wisuda dan Pelepasan Siswa kelas kelas 6 angkatan ke -3

Kepala UPT TK dan SD kec. Pacitan bapak SUDJARWO, S.Pd meberikan piala kepada lulusan terbaik tahun pelajaran 2010/2011disaksikan oleh Dewan Pembina Yayasan : Subiyanto Munir, S.Pd.SD

PRAMUKA SIT

Bulan Januari 2012 lalu Kontingen Pramuka SIT Kab Pacitan dari SDIT Ar Rahmah Pacitan 1 regu (pa) dan 1 regu (pi) bertandang ke bumi perkemahan Cibubur dalam Kemah Ukhuwah Nasional Ke-2 yang di lepas kerangkatanya oleh bpk Bupati Pacitan Indartato, MM di pendopo

TINTA EMAS

Terima kasih kepada anak -anakku yang telah mengukir prestasi dalam lomba Melukis MediaTong Sampah yang diselenggarakan oleh DINAS LINGKUNGAN HIDUP dalam rangka HUT_KAB.PACITAN ke-268 pada tanggal 17/02/2013 atas nama : M.Zulfa Miftahurrizzqi (juara I), Dinar (juara III) tampak dalam foto depan dr kanan:Zulfa, Dinar, belakang dr kanan:B. Wastin, B. Alvi sebagai pendamping.

Senin, 26 November 2012

Ulangan Harian PKn 4 ganjil klik disini
ulhar 1 matematika  kls 4  ganjil klik disini
ulhar 2 matematika kls 4 ganjil klik disini
UTS IPA kelas 4 ganjil klik disini
U.H b.indonesia kls 5 ganjil klik disini


Kamis, 01 November 2012

Sekolah Islam Terpadu Berkarakter



Pendidikan Karakter pada Sekolah Islam Terpadu (SIT)



Sekolah Islam Terpadu menjadikan pendidikan karakter sebagai pilar utama dalam proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu, SIT mengembangkan prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut:
  1. Menjadikan Islam sebagai landasan filosofis.
  2. Mengintegrasikan nilai Islam ke dalam bangunan kurikulum.
  3. Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk mencapai optimalisasi proses belajar mengajar.
  4. Mengedepankan qudwah hasanah dalam membentuk karakter peserta didik.
  5. Menumbuhkan biah solihah dalam iklim dan lingkungan sekolah: menumbuhkan kemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan kemungkaran.
  6. Melibatkan peran-serta orangtua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
  7. Mengutamakan nilai ukhuwwah dalam semua interaksi antar warga sekolah.
  8. Membangun budaya rawat, resik, rapih, runut, ringkas, sehat dan asri.
  9. Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi pada mutu.
  10. Menumbuhkan budaya profesionalisme.
Nilai-nilai Islam menjadi inspirasi dan sekaligus pemandu utama dalam penyelenggaraan pendidikan di SIT. SIT meyakini bahwa pendidikan Islam akan mampu:
  1. Membentuk sikap dan kepribadian yang kuat berdasarkan prinsip-prinsip nilai keilahiyahan. Dengan aqidah yang benar, seorang muslim akan mampu menunjukkan sikapnya yang tegar, tsabat, istiqomah dan selalu berfihak dan membela al Haq.
  2. Memompa semangat keilmuan dan karya. Islam mengajarkan pemeluknya untuk selalu berfikir dan berkarya. Doktrin Islam adalah: ”sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling memberi manfaat bagi orang lain”
  3. Membangun karakter/pribadi yang saleh : selalu menegakkan nilai-nilai dan praktek ibadah. Pendidikan agama Islam mendidik dan mendisiplinkan pemeluknya untuk selalu taat beribadah kepada Allah SWT. Dengan perilaku ibadah yang bersih, niscaya akan terbentuk karakter muttaqien, selalu menjauhi perilaku negatif dan destruktif
  4. Membangun Sikap Peduli: Islam selalu mengajarkan sikap peduli kepada orang lain, hewan dan lingkungan. Sikap peduli akan melahirkan sikap yang selalu membangun dan memecahkan segala permasalahan sosial.
  5. Membentuk pandangan yang visioner, berfikir, bekerja dan bertindak untuk kepentingan masa depan.
Bagaimana menerapkan pendidikan karakter di sekolah?
Menurut Ratna Megawangi, Founder Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter:
  • MORAL KNOWING : Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik
  • MORAL FEELING : Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.
  • MORAL ACTION : Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior.
Dengan tiga tahapan ini, proses pembentukan karakter akan jauh dari kesan dan praktik doktrinasi yang menekan, justru sebaliknya, siswa akan mencintai berbuat baik karena dorongan internal dari dalam dirinya sendiri.
Masih menurut Indonesia Heritage Foundation, ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri anak, yaitu:
  1. Cinta Allah, dg segenap ciptaanNya
  2. Kemandirian ,tanggung jawab
  3. Kejujuran, bijaksana
  4. Hormat, santun
  5. Dermawan, suka menolong, gotong royong
  6. Percaya diri, kreatif, bekerja keras
  7. Kepemimpinan, keadilan
  8. Baik hati, rendah hati
  9. Toleransi, kedamaian, kesatuan.
Tips untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah
Berikut adalah tips untuk sukses menerapkan pendidikan berbasis karakter di sekolah:
  • Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan kepada seluruh stake holder sekolah melalui berbagai media : buku panduan untuk orang tua (dan siswa), news untuk orang tua, pelatihan.
  • Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang diyakini sekolah.
  • Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut di kelas masing-masing.
  • Memberikan dilema-dilema dalam mengajarkan suatu nilai, misalnya tentang kejujuran.
  • Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan.
  • Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran.
  • Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah dengan anak adalah masalah besar atau Masalahnya tidak selesai.
Dari semua komponen sekolah, yang paling berperan mensukseskan program pendidikan berbasis karakter di sekolah, adalah GURU. Tentunya diperlukan GURU BERKARAKTER untuk menghasilkan SISWA BERKARAKTER. Meski diperlukan kesabaran dan ketekunan, menghasilkan anak didik yang berakhlak dan berkarakter baik tentunya sangat membahagiakan, karena menjadi penyebab seseorang mendapatkan kebaikan itu lebih baik dari dunia dan seisinya!

Senin, 29 Oktober 2012

Asiknya Petik Apel Batu

 SDIT Ar Rahmah Pacitan panen apel
 Hati-hati yaa..
Abdan +Tesa:   apelnya manis mas bro..mau

Study tour merupakan salah satu momen yang ditunggu-tunggu bagi terutama anak-anak, tak terkecuali anak-anak SDIT Ar Rahmah pacitan . Wisata tahun ini (29-09-2012)  mengunjungi obyek yang ada di Batu Malang  dan Prigen-Pasuruan dengan sebutan yang terkenal Taman Safari Indonesia 2.
Berkunjung ke Kota Batu tak lengkap rasanya bila belum merasakan kesenangan memetik apel Batu langsung dari pohonnya. Anda dapat menikmati apel sepuasnya tanpa takut bakal kehabisan. Agrowisata di Kota ini memang terkenal sehingga setiap kali musim libur datang, banyak wisatawan yang menyerbu tempat ini. Apel Batu yang sering disebut juga dengan Apel manalagi memiliki rasa yang khas dan berbeda dengan Apel – Apel lainnya.


dari kanan:KOMPAK; ust. Yitno,Sogix,Pingi,Sugeng saat memanen apel
Jika Anda berkunjung ke Kota Batu, Anda akan menemukan Keripik Apel salah satu olahan dari Apel yang sangat enak rasanya dan tidak akan bisa Anda temukan di tempat lain. Olahan dari Apel lainnya adalah minuman Sari Buah Apel dan Jenang Apel. Juga tidak kalah enak untuk Anda coba.
 

Sangat menyenangkan bila menikmati Wisata Asik ini bersama keluarga atau teman dekat Anda. Makan Apel tinggal petik, sambil menikmati segarnya udara sekitar yang sejuk dan damai. Akan menjadi kenangan tersendiri tentunya yang tidak akan pernah Anda lupakan.

Jumat, 03 Agustus 2012

Pesantren Ceria 1433 H

 Marhaban  Syahrul Ramadhan 1433 H

             Allahu Akbar!!. SD IT Ar rahmah Pacitan  tiap bulan puasa selalu menggelar pondhok Ramadhan.  Pondhok Ramadhan di sekolah ini  pernak-pernik kegiatan lebih variatif. Nggak cuma yang kaitanya dengan ibadah, tapi juga lomba-lomba bernuansa Islami yang seru.
Pondhok Ramadhan tahun lalu misalnya, ada lomba TTS agama, lomba menyusun huruf hijaiyah, lomba bercerita sejarah nabi, lomba hafalan surat pendek, lomba adzan, lomba mewarnai, dan sebagainya. Eh, juga  bakti social,  “ Keren banget deh, pokoknya gak bikin boring,” kata salah satu siswa.

              Menurut Kepala Sekolah;Suyitno,S.PdI, pondok Ramadhan ini  bertujuan membiasakan siswa melaksanakan puasa dengan baik disertai amalan-amalan ibadah di dalamnya. “Juga membentuk siswa yang mandiri, disiplin ,salimul aqidah dan berjiwa sosial” tuturnya.
Kegiatan pondok Ramadhan di SD IT Ar Rahmah Pacitan  diikuti 322 peserta yang terbagi dalam dua termin.Termin pertama bagi kelas bawah (kelas 1-3) mulai tanggal 30 Juli-2 Agustus  .kegiatanya dimulai dari pukul 13.00 sampai tarwih.Sedangkan termin kedua bagi kelas atas (kelas 4-6) di laksanakan mulai tanggal 3-5 Agustus 2012 dengan mabit (bermalam) di sekolah.Sesuai dengan time schedule dari panitia, kegiatan ini meliputi: Rukhiyah; Serba serbi Pesantren, fiqih siyam, Tarikh tentang turunnya Al qur'an, Pembukuuan Al qur'an, keistimewaan Al qur'an, tadarus dan lomba-lomba seperti kaligrafi, MTQ, Hafalan ayat-ayat pilihan, hasta karya. ada lagi kegiatan yang bersifat jasadiyah, faniyah dan Baksos. “ Dengan begitu, siswa bisa mengetahui dan mengamalkan tausyiah yang disampaikan oleh ustad/ustadzahnya serta belajar bersosialisasi dengan masyarakat, khususnya yang berada di sekitar SDIT, sehingga mereka lebih mandiri dan disiplin dalam melaksanakan ibadah,  “ terang Pak Yitno.

Kamis, 02 Agustus 2012

Sambutan Ketua YAR dalam Wisuda 2012


SAMBUTAN KETUA YAYASAN AR RAHMAH PACITAN
PADA WISUDA KELAS VI SDIT AR RAHMAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
    ( SUKATNO,S.Pd. MM.Pd)

ASSALAMU ‘ALAIKUM WR.WB.

Ykh. Bapak Kepala UPT TK dan SD Kecamatan Pacitan
Ykh. Bapak Pembina Yayasan Ar Rahmah Pacitan
Ykh. Bapak Ketua Komite SDIT Ar Rahmah
Ykh. Bapak Kepala Sekolah SDIT Ar Rahmah
Ykh. Bapak/ibu wali murid,Wisudawan,seluruh Undangan Yang Berbahagia.
           
            Mengawali Kata sambutan kami, marilah kita renungi betapa banyak karunia nikmat yang dilimpahkan oleh Allah SWT kepada kita semua sehingga pada siang hari ini kita bisa menyaksikan anak-anak kita melalui proses dari panjangnya perjalanan kehidupan yaitu mereka telah lulus dan memasuki sekolah lanjutan.
Sholawat dan salam semoga selalu tecurah kepada Qudwah Hasanah Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah membimbing kita semua ke jalan yang lurus.

Keberhasilan  hidup  manusia ternyata  tidak  hanya ditentukan   oleh  kecakapan  intelektualitasnya  saja tetapi lebih dikuatkan oleh kecerdasan emosinya.  eneliti  menemukan  bahwa  keberhasilan  hidup  hanya  20% ditunjang  oleh  IQ selebihnya adalah  unsur  pendukung lain. Unsur  pendukung yang terbesar  adalah  EQ  atau kecerdasan  emosi. Peran IQ dalam  mengantarkan  sukses seseorang hanya menempati urutan kedua sesudah kecerdasan emosi.
Emosi di sini lebih dipandang sebagai sumber energi dan  semangat manusia yang paling kuat yang dapat  memberikan sumber kebijakan intuitif. Emosi memberi informasi penting dan berpotensi menguntungkan. Bagi  sebuah pribadi, kecerdasan emosi mampu menyalakan kreativitas, membuat  jujur dengan diri sendiri, memberikan  panduan nurani  bagi hidup dan karir, menuntun  ke  kemungkinan yang  tidak  terduga. Kecerdasan  emo-si  juga  menuntut seseorang  untuk belajar mengakui dan menghargai  orang lain.  Ke-cerdasan emosi bekerja secara sinergis  dengan keterampilan  kognitif. Orang yang  ber-prestasi  tinggi memiliki  keduanya.  Makin  kompleks  pekerjaan   makin penting  ke-cerdasan emosi. Kekurangan kecerdasan  emosi dapat  menyebabkan  orang terganggu  dalam  menggunakan keahlian teknis atau keenceran otak yang mungkin dimilikinya.
Kecerdasan emosi, dengan melihat pandangan di atas, jelas tidak dapat dipungkiri lagi keluarbiasaannya. Dan tentunya  hal  tersebut akan memunculkan  sinergi  baru apa-bila diterapkan dalam budaya pembelajaran.  Pengajar yang  memiliki pengetahuan dan keterampilan  dalam  hal ini memiliki kecenderungan dapat menumbuhkan iklim yang kondusif dalam pembelajaran di sekolah. Pembicaraan hal tersebut  tidak dapat dile-paskan dengan  adanya  konsep baru  dalam  pembelajaran,  yaitu  apa  yang  dinamakan dengan quantum learning atau pembelajaran quantum.
Sekolah Islam Terpadu memang dirancang memadukan multi kecerdasan yang diramu dalam pembelajaran yang menarik. Mengkondisikan Pemahaman pengelola dan guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis multi kecerdasan tentu sangat penting.
Di masa yang akan datang sudah selayaknya SDIT Ar Rahmah meningkatkan kualitas layanan  yang memicu kecerdasan emosi  anak kita meningkat. Seperti yang telah di praktikkan di SDIT Ar Rahmah yaitu :
1.      Pemahaman diri sendiri yaitu menganali kekurangan dan kelmahan diri untuk dirubah menjadi kekuatan diri. Dengan kegiatan mentoring, MABIT (malam bina iman dan Taqwa)dll.
2.      Melatih siswa menyelaraskan diri dengan berbagai karakter manusia. Kegiatannya yaitu menanamkan empati, menerima kekurangan orang lain, menghargai kelebihan dan keunikan teman.
3.      Melatih ketahanan diri jika menhadapi persoalan anak tidak frustasi dan mudah menyerah. Maka muulai semester ini SDIT Ar rahmah mengangkat tenag khusus Sarjana Bimbingan dan konseling yang berperan mengarahkan siswa siap menghadapi cobaan hidup.
4.      Buku Penghubung, walaupun perlu dioptimalkan dan terus dipahamkan kepada orang tua supaya rajin mencatat dan menyampaikan perkembangan putra putrinya yang menyangkut perkembangan emosi.Dan seharusnya guru melayani dengan baik curhat orang tua mencata dalam buku catatan perkembangan siswa dipantai untuk diadakan pembimbingan.

Selain itu kita juga akan menghadapi perkembangan dunia yang sangat pesat yaitu  perkembangan Tekhnologi Informasi, sebagaimana disampaikan oleh : Collin Cherry mengungkapkan perkembangan teknologi komunikasi yang cepat dewasa ini dengan istilah explosion. Hal ini disebabkan, Pertama, secara potensial teknologi komunikasi menjangkau seluruh permukaan bumi hanya dalam tempo sekejap. Kedua, jumlah pesan dan arus lalu lintas informasi telah berlipat ganda secara geometrik. Untuk dua dekade belakangan ini saja, jumlah kontak komunikasi global yang ada diperkirakan sama banyak dengan komunikasi serupa selama beberapa abad lalu. Ketiga, kompleksitas teknologinya sendiri semakin canggih (sophisticated), baik piranti lunak maupun piranti kerasnya.
Maka sudah selayaknya peserta didik, kita bekali dengan beragam kompetensi untuk menghadapi era global yaitu :
1. Penanaman Keimanan
Sedini mungkin anak-anak kita bekali dengan sebuah landasan ideologi yang kuat berupa keimanan yang mendalam. Internalisasi nilai keimanan pada diri anak kita harus tertanam mendalam di sanubari mereka sehingga dapat menjadi kekuatan yang hebat walaupun badai tantangan global menerpa mereka. Banyak pelajaran dari Al quran yang memberi keteladanan sebagaimana kisah Lukman yang mendidik dan menanamkan aqidah yang kuat kepada anaknya.
2. Pembentukan Karakter Asasi
John Naisbit dan Istrinya Patricia Abdurdene pada awal tahun 90-an menulis buku “ Megatrend 2000” yang intinya hampir sama bahwa akan datang sebuah era yang disebut dengan peradaban informasi. Dia mengatakan secara bersamaan akan bangkit agama-agama. Hal ini karena orang memiliki kesadaran bahwa agama yang sanggup membentengi pengaruh-pengaruh negatif dari berkembangnya informasi. Maka sejak kecil kita harus membentuk karakter anak kita mempunyai karakter asasi yaitu sebuah karakter yang mampu menjadi benteng terhadap pengaruh buruk di jamannya.
3. Melatih Anak Memanfaatkan Informasi
Kita juga harus menanamkan sebuah perilaku produktif pada anak bahwa dengan informasi kita dapat memanfaatkan untuk kepentingan positif. Misalnya anak menggunakan internet, kita membekali mereka untuk memanfaatkan kearah hal yang positif. Semantara ini kita lebih banyak menjadi pengguna (komsumstif) terhadap informasi dan tehnologi. Kita hanya mengambil, mengunduh, browsing, mencari berita dan informasi, bahkan juga menjadi penikmat di akun-akun semacam jejaring sosial yang kita lebih banyak mengeluarkan uang. Kita membekali anak agar dalam internet kita lebih banyak menjadi subyek (produktif) dari pada obyek (komsumtif).
Orang tua sering dipusingkan oleh tingkah anaknya yang gandrung dengan informasi via internet, bahkan lupa waktu belajar. Pada tataran tertentu anak akan menjadi sindrom/ketergantungan yang tak terbendung dan berdampak pada psikologis anak. Maka mulailah sekarang, menyiapkan anak anak kita mampu dan mahir menggunakan sarana informasi yang selanjutnya tidak sekedar mengambil yang sudah dibuat oleh orang lain tapi anak kita mampu membuat sebuah karya yang dimanfaatkan orang lain.

Akhirnya semoga anak-anak kita mampu istiqomah menjaga konsep-konsep dasar yang sudah kita berikan selama menuntut ilmu di SDIT Ar Rahmah, kami berharap kepada para orang tua untuk mengawal putra dan putrinya untuk mempertahankan yang sudah dimiliki dan meningkatkan ke kompetensi yang lebih baik, untuk meraih cita-cita agar kelak menjadi generasi yang tangguh lahir dan batin membangun bangsa Indonesia yang kita cintai.
Allahu Akbar 3x
Mohon maaf yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada semua pihak atas kekurangan dan kesalahan kami serta ketidaksempurnaan kami dalam memberikan pelayanan dan pengelolaan SDIT Ar Rahmah Pacitan.

WASSALAMU ALAIKUM WR.WB.



Kamis, 14 Juni 2012

uji andrenalin, seru juga. harus bilang wow gitu!
syukur... meski telat akhirnya sampe' di Taman Safari 2

Dewi W ,Ais,Dewi P:baru kali ini kami bisa petik langsung buah apel.ini di Batu lho..mau!
Subhanallah..Alhamdulillah..Allahuakbar !

Menjalin ukhwah dengan Cadet(pramuka) Malasya


4 Kekuatan Menanam Nilai


Empat Kekuatan Menanam Nilai


Mendidik anak adalah pekerjaan besar para orang tua. Tidak mudah melakukannya, karena hal tersebut tidak bisa dilakukan sebagai pekerjaan sambilan. Bagian terpenting dan mungkin yang tersulit dalam melakukannya adalah menanamkan nilai-nilai agama atau kebaikan. Untuk itu dibutuhkan support  energi atau kekuatan agar kita mampu menyelesaikan pekerjaan besar dan tersulit itu dengan baik.



Ada empat kekuatan yang disarankan untuk dimiliki para orang tua. Kekuatan yang membuat proses penanaman nilai-nilai berjalan secara efektif. Kekuatan untuk mengatasi rasa kecewa dan putus asa ketika apa yang diharapkan pada anak belum tercapai. Kekuatan untuk tidak berhenti berusaha dalam mendidik anak bagaimanapun keadaannya. Kekuatan untuk selalu memiliki harapan akan kebaikan anak.

Kekuatan-kekuatan itu bukan hanya harus kita miliki tapi juga harus digali seiring dengan bertambahnya umur anak kita. Empat kekuatan itu adalah :



1.               Kekuatan Keteladanan

Tidak ada  efektifitas melebihi keteladanan dari orang tua pada anak dalam proses menanamkan nilai-nilai, terutama nilai religius. Keteladanan akan menjadikan segala yang diajarkan pada anak menjadi bermakna, demikian pula sebaliknya, segala yang diajarkan menjadi tidak bermakna bagi anak ketika tidak ada keteladanan dari orang tua.

Bahkan sesuatu yang sudah tertanam pada diri anak bisa menjadi hancur berantakan ketika anak melihat contoh yang berlawanan dari orang tua mereka.  Ada dua prinsip dalam masalah ketedanan yang harus diingat, pertama : kita hanya bisa memberi sesuatu yang kita miliki,  kedua : mengubah perilaku harus dengan perilaku, mengubah hati harus dengan hati. Jika kita ingin nilai-nilai agama dan kebaikan menjadi perilaku anak kita, maka nilai-nilai itu harus kita miliki dan sudah menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari.



2.           Kekuatan Ilmu

Semakin dalam ilmu seseorang tentang mendidik anak, membuat paradigmanya terhadap anak semakin benar. Paradigma yang benar tentang anak akan membuat seseorang bersikap dan berperilaku benar terhadap anak.

Betapa banyak anak dirugikan karena kesalahan paradigma orang tua mereka. Oleh karena itu para orang tua harus terus belajar dan belajar tentang siapa sesungguhnya anak itu.  ”makhluk”  apakah mereka, bagaimana karakternya, apa kecenderungannya, apa potensinya, dan sebagainya.



Orang tua yang memiliki keluasan ilmu tentang mendidik akan lebih bijak, tidak mudah marah, dan kecewa dalam menghadapi anak mereka. Disamping itu, mereka juga akan lebih efektif dalam proses menanam nilai-nilai karena memahami tahapan-tahapannya, dan lebih kaya dengan alternatif solusi jika sebuah penanaman nilai belum berhasil.

Kekuatan ilmu itu bisa digali melalui membaca, sharing dengan orang tua lain, mengikuti seminar atau pelatihan tentang parenting. Jadilah orang tua yang memahami, bukan yang minta dipahami oleh anak. Hal tersebut hanya bisa dicapai dengan kekuatan ilmu.




3.               Kekuatan Sabar

Apakah anda langsung menjadi orang baik seperti sekarang ini ketika dilahirkan ?  Tentu tidak, untuk menjadi baik kita membutuhkan proses panjang. Demikian pula anak kita, mereka juga membutuhkan proses yang panjang dan lama untuk menjadi baik. 

Oleh sebab itu, dibutuhkan kekuatan sabar, sabar menunggu hasil. Sabar untuk terus melakukan hal-hal baik pada anak dan tidak melakukan hal-hal buruk pada anak. Sabar untuk selalu memberi reward pada hal-hal baik yang dilakukan anak dan terus berusaha mengubah hal-hal buruk pada anak.



Al Qur’an mengajarkan pada kita agar menjadikan sabar sebagai kekuatan penolong kita , wasta’inu bis shobri was sholah. Allah sangat mencintai orang-orang yang sabar, innallaha ma’as shobirin. Kekuatan sabar inilah yang akan membuat kita tidak pernah berhenti untuk berusaha, walau harus berulang kali gagal. 



4.               Kekuatan Do’a

Ketika semua ikhtiar dalam mendidik dan menanam sudah dilakukan dan hasilnya masih belum sesuai harapan maka doa adalah kekuatan terakhir dan senjata pamungkasnya.

Kekuatan yang akan terus memberi harapan baik dan positif bahwa pada akhirnya kelak anak kita akan menjadi baik. Kekuatan yang mampu menembus batas, batas yang tidak bisa dijangkau oleh kekuatan-kekuatan yang lain.



Doa juga bisa menjadikan segala usaha menanam nilai-nilai agama dan kebaikan pada anak menjadi lebih sederhana. Kesederhanaan itu dikarenakan ada campur tangan Allah sehingga proses menanam menjadi sangat efektif dan efisien. 

Sudahkah kita memanfaatkan saat-saat mustajabah  untuk mendoakan anak-anak kita? Saat-saat mustajabah (dikabulkannya doa) itu antara lain : saat berbuka puasa, saat wukuf di padang arafah, saat setelah salam dalam shalat, dan saat tengah malam ketika bertahajud.



Jika dijumpai hasil menanam nilai-nilai pada anak tersebut di atas belum sesuai harapan  atau gagal maka hal yang pertama harus dipertanyakan adalah sudah cukupkah doa kita untuk mereka pada saat-saat yang mustajabah itu.