SELAMAT BERGABUNG DENGAN SDIT AR RAHMAH PACITAN

Visi SDIT : CERDAS, MANDIRI, BERAKHLAK MULIA DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP

GEDUNG SDIT AR RAHMAH PACITAN

SDIT Ar Rahmah memiliki ruang kelas yang lengkap, lab komputer, masjid, kantin, toko sekolah, pos satpam ruang uks, perpustakaan yang memadai

Wisuda dan Pelepasan Siswa kelas kelas 6 angkatan ke -3

Kepala UPT TK dan SD kec. Pacitan bapak SUDJARWO, S.Pd meberikan piala kepada lulusan terbaik tahun pelajaran 2010/2011disaksikan oleh Dewan Pembina Yayasan : Subiyanto Munir, S.Pd.SD

PRAMUKA SIT

Bulan Januari 2012 lalu Kontingen Pramuka SIT Kab Pacitan dari SDIT Ar Rahmah Pacitan 1 regu (pa) dan 1 regu (pi) bertandang ke bumi perkemahan Cibubur dalam Kemah Ukhuwah Nasional Ke-2 yang di lepas kerangkatanya oleh bpk Bupati Pacitan Indartato, MM di pendopo

TINTA EMAS

Terima kasih kepada anak -anakku yang telah mengukir prestasi dalam lomba Melukis MediaTong Sampah yang diselenggarakan oleh DINAS LINGKUNGAN HIDUP dalam rangka HUT_KAB.PACITAN ke-268 pada tanggal 17/02/2013 atas nama : M.Zulfa Miftahurrizzqi (juara I), Dinar (juara III) tampak dalam foto depan dr kanan:Zulfa, Dinar, belakang dr kanan:B. Wastin, B. Alvi sebagai pendamping.

Kamis, 14 Juni 2012

uji andrenalin, seru juga. harus bilang wow gitu!
syukur... meski telat akhirnya sampe' di Taman Safari 2

Dewi W ,Ais,Dewi P:baru kali ini kami bisa petik langsung buah apel.ini di Batu lho..mau!
Subhanallah..Alhamdulillah..Allahuakbar !

Menjalin ukhwah dengan Cadet(pramuka) Malasya


4 Kekuatan Menanam Nilai


Empat Kekuatan Menanam Nilai


Mendidik anak adalah pekerjaan besar para orang tua. Tidak mudah melakukannya, karena hal tersebut tidak bisa dilakukan sebagai pekerjaan sambilan. Bagian terpenting dan mungkin yang tersulit dalam melakukannya adalah menanamkan nilai-nilai agama atau kebaikan. Untuk itu dibutuhkan support  energi atau kekuatan agar kita mampu menyelesaikan pekerjaan besar dan tersulit itu dengan baik.



Ada empat kekuatan yang disarankan untuk dimiliki para orang tua. Kekuatan yang membuat proses penanaman nilai-nilai berjalan secara efektif. Kekuatan untuk mengatasi rasa kecewa dan putus asa ketika apa yang diharapkan pada anak belum tercapai. Kekuatan untuk tidak berhenti berusaha dalam mendidik anak bagaimanapun keadaannya. Kekuatan untuk selalu memiliki harapan akan kebaikan anak.

Kekuatan-kekuatan itu bukan hanya harus kita miliki tapi juga harus digali seiring dengan bertambahnya umur anak kita. Empat kekuatan itu adalah :



1.               Kekuatan Keteladanan

Tidak ada  efektifitas melebihi keteladanan dari orang tua pada anak dalam proses menanamkan nilai-nilai, terutama nilai religius. Keteladanan akan menjadikan segala yang diajarkan pada anak menjadi bermakna, demikian pula sebaliknya, segala yang diajarkan menjadi tidak bermakna bagi anak ketika tidak ada keteladanan dari orang tua.

Bahkan sesuatu yang sudah tertanam pada diri anak bisa menjadi hancur berantakan ketika anak melihat contoh yang berlawanan dari orang tua mereka.  Ada dua prinsip dalam masalah ketedanan yang harus diingat, pertama : kita hanya bisa memberi sesuatu yang kita miliki,  kedua : mengubah perilaku harus dengan perilaku, mengubah hati harus dengan hati. Jika kita ingin nilai-nilai agama dan kebaikan menjadi perilaku anak kita, maka nilai-nilai itu harus kita miliki dan sudah menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari.



2.           Kekuatan Ilmu

Semakin dalam ilmu seseorang tentang mendidik anak, membuat paradigmanya terhadap anak semakin benar. Paradigma yang benar tentang anak akan membuat seseorang bersikap dan berperilaku benar terhadap anak.

Betapa banyak anak dirugikan karena kesalahan paradigma orang tua mereka. Oleh karena itu para orang tua harus terus belajar dan belajar tentang siapa sesungguhnya anak itu.  ”makhluk”  apakah mereka, bagaimana karakternya, apa kecenderungannya, apa potensinya, dan sebagainya.



Orang tua yang memiliki keluasan ilmu tentang mendidik akan lebih bijak, tidak mudah marah, dan kecewa dalam menghadapi anak mereka. Disamping itu, mereka juga akan lebih efektif dalam proses menanam nilai-nilai karena memahami tahapan-tahapannya, dan lebih kaya dengan alternatif solusi jika sebuah penanaman nilai belum berhasil.

Kekuatan ilmu itu bisa digali melalui membaca, sharing dengan orang tua lain, mengikuti seminar atau pelatihan tentang parenting. Jadilah orang tua yang memahami, bukan yang minta dipahami oleh anak. Hal tersebut hanya bisa dicapai dengan kekuatan ilmu.




3.               Kekuatan Sabar

Apakah anda langsung menjadi orang baik seperti sekarang ini ketika dilahirkan ?  Tentu tidak, untuk menjadi baik kita membutuhkan proses panjang. Demikian pula anak kita, mereka juga membutuhkan proses yang panjang dan lama untuk menjadi baik. 

Oleh sebab itu, dibutuhkan kekuatan sabar, sabar menunggu hasil. Sabar untuk terus melakukan hal-hal baik pada anak dan tidak melakukan hal-hal buruk pada anak. Sabar untuk selalu memberi reward pada hal-hal baik yang dilakukan anak dan terus berusaha mengubah hal-hal buruk pada anak.



Al Qur’an mengajarkan pada kita agar menjadikan sabar sebagai kekuatan penolong kita , wasta’inu bis shobri was sholah. Allah sangat mencintai orang-orang yang sabar, innallaha ma’as shobirin. Kekuatan sabar inilah yang akan membuat kita tidak pernah berhenti untuk berusaha, walau harus berulang kali gagal. 



4.               Kekuatan Do’a

Ketika semua ikhtiar dalam mendidik dan menanam sudah dilakukan dan hasilnya masih belum sesuai harapan maka doa adalah kekuatan terakhir dan senjata pamungkasnya.

Kekuatan yang akan terus memberi harapan baik dan positif bahwa pada akhirnya kelak anak kita akan menjadi baik. Kekuatan yang mampu menembus batas, batas yang tidak bisa dijangkau oleh kekuatan-kekuatan yang lain.



Doa juga bisa menjadikan segala usaha menanam nilai-nilai agama dan kebaikan pada anak menjadi lebih sederhana. Kesederhanaan itu dikarenakan ada campur tangan Allah sehingga proses menanam menjadi sangat efektif dan efisien. 

Sudahkah kita memanfaatkan saat-saat mustajabah  untuk mendoakan anak-anak kita? Saat-saat mustajabah (dikabulkannya doa) itu antara lain : saat berbuka puasa, saat wukuf di padang arafah, saat setelah salam dalam shalat, dan saat tengah malam ketika bertahajud.



Jika dijumpai hasil menanam nilai-nilai pada anak tersebut di atas belum sesuai harapan  atau gagal maka hal yang pertama harus dipertanyakan adalah sudah cukupkah doa kita untuk mereka pada saat-saat yang mustajabah itu.

Kamis, 07 Juni 2012

MUTIPLE INTELLIGENCES

Ayo..kenali kecerdasan anak kita


KECERDASAN LINGUISTIK
 kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan argumen logika dan retorika, atau mengungkapkan ekspresi dan metafora. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan linguistik adalah wartawan dan reporter, tenaga penjual, penyair, copywriter, penulis dan pengacara. 

KECERDASAN LOGIKA-MATEMATIKA
 kemampuan menggunakan angka-angka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu, serta menelaaj berbagai permasalahan secara ilmiah. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan logika matematika adalah : akuntan, ahli statistik, insinyur, penemu, pedagang, dan pembuat program komputer.

 KECERDASAN MUSIKAL
 kemampuan untuk mengerti dan mengembangkan teknik musikal, merespon terhadap musik, menggunakan musik sebagai sarana untuk berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, dan menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan musical adalah guru musik, pembuat instrumen atau alat musik, pemain band atau konduktor, DJ, kritikus musik, kolektor musik, pencipta lagu atau penyanyi. 

KECERDASAN SPASIAL 
kemampuan untuk mengenali pola ruang secara akurat, menginterpretasikan ide grafis dan spasial serta menterjemahkan pola ruang secara tepat. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan spasial adalah photographer, decorator ruang, perancang busana, arsitek, pembuat film. 

 KECERDASAN KINESTETIK (BODILY-KINESTHETIC) 
kemampuan untuk menggunakan seluruh atau sebagian dari tubuh untuk melakukan sesuatu, membangun kedekatan untuk mengkonsolidasikan and meyakinkan serta mendukung orang lain, dan menggunakannya untuk menciptakan bentuk ekspresi baru. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini adalah mekanik, pelatih, pengrajin, atlet, aktor, penari atau koreografer. 

KECERDASAN INTERPERSONAL 
  kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai jenis komunikasi dengan orang lain, dan memahami intensi, hasrat, dan motivasi orang lain. Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan interpersonal adalah manajer, politisi, pekerja sosial, pemimpin, psikolog, guru atau konsultan. 
KECERDASAN INTRAPERSONAL
 kemampuan untuk menilai kekuatan kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun dan mengembangkan konsep dan teori berdasarkan pemeriksaan kedalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan pribadi. Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini adalah perencana, pemuka agama, atau ahli filosofi.

KECERDASAN NATURALIS
 kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan dan menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan. Selain kedelapan jenis kecerdasan diatas, ternyata masih ada bentuk kecerdasan lain, yaitu Kecerdasan Eksistensial kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kematian dan realita yang ada. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaiman bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati, apakah ada dimensi kehiduapn lain dan berbagai pertanyaan sejenis. 

BAGAIMANA MENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK SI KECIL ? 
Kecerdasan Interpersonal Secara umum, anak-anak dengan kecerdasan interpersonal tinggi akan dengan senang hati mengikuti semua kelompok kegiatan di dalam dan luar sekolah serta mudah berteman dimanapun ia berada. Anda dapat mendorongnya untuk menunjukkan perilaku yang baik dalam berteman. Anda bisa menuliskan berbagai perilaku yang anda ingin ia kembangkan. Namun ingatlah bahwa orang tua adalah contoh terdekat bagi anak anda. Jika anda ingin mereka bersikap sopan, maka anda pun harus bersikap yang sama, mereka akan mendengarkan anda jika anda juga mau mendengarkan mereka. Kecerdasan Intrapersonal Bantu anak-anak untuk belajar menentukan tujuan. Dorong mereka untuk membuat daftar hal-hal yang mereka inginkan atau ingin mereka lakukan lebih baik. Bantu mereka untuk memilah-milah tujuan tersebut menjadi langkah-langkah kecil. Kecerdasan Logika-Matematika Jika mereka terus bertanya mengenai cara kerja suatu benda, jawablah pertanyaan meerka dengan sabar dan dorong mereka untuk terus bertanya. Jika meerka inginmelakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, biarkan mereka mencobanya dahulu dan berikan motivasi untuk melakukannya sampai selesai. Jika mereka melakukan kesalahan, jelaskan dengan sabar dan jangan katakan bahwa anda sudah tahu bahwa cara itu tidak akan berhasil. Dorong mereka untuk ikut dalam kegiatan yang banyak membutuhkan kemampuan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis misalnya klub catur atau klub robotik. Beberapa permainan yang bisa mengembangkan kecerdasan ini adalah catur, puzzle, Halma, Stratego, Risk atau Sudoku. Kecerdasan Linguistik Anak-anak dengan tingkat kecerdasan linguistik tinggi gemar menulis, membaca dan berbicara. Biarkan mereka berdiskusi mengenai buku atau sesuatu yang mereka baca. Untuk memperkaya kosa kata mereka, berikan permainan seperti Boggle atau Scrabble. Kecerdasan Visual Spasial Berikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan imajinasi mereka melalui melukis, menggambar, mewarnai, dan kegiatan sejenis. Kembangkan kreativitas mereka dengan mendorong mereka untuk merancang pakaian atau bangunan. Beberapa permainan yang mendukung kecerdasan visual spasial adalah LEGO dan Blokus. Kecerdasan Musikal Dorong anak anda untuk bergabung dengan kelompok paduan suara atau band di sekolah. Miliki satu jenis alat musik di rumah dan daftarkan ia ke dalam kursus musik. Perdengarkan berbagai jenis alat musik. Ajak mereka untuk mengarang lagu yang sesuai dengan kegiatan mereka saat itu. Kecerdasan Kinestetik Untuk mengembangkan jenis kecerdasan ini, dorong mereka untuk bergabung dalam tim olahraga di sekolah. Ajak mereka untuk melakukan kegiatan olah raga seperti berenang. Daftarkan mereka ke dalam kelas tari. 

BAGAIMANA MENGIDENTIFIKASI KECERDASAN MAJEMUK SI KECIL ?
 Ada berbagai cara untuk mengidentifikasi kecerdasan majemuk si kecil. Anda bisa datang ke psikolog dan minta untuk dilakukan tes terhadapnya. Masalahnya tes yang dilakukan umumnya berupa pertanyaan verbal dengan kunci jawaban yang standar. Hal ini bisa menjadi masalah jika si anak tidak mengerti benar pertanyaan yang diajukan karena berbagai alasan, misalnya perbedaan bahasa atau istilah yang digunakan, kondisi anak pada saat tes dilakukan (capek, ngantuk, marah) atau hambatan lain seperti spektrum autisme. Untuk mengatasi masalah tersebut, cara lain untuk mengukur kecerdasan majemuk si kecil adalah dengan melakukan tes sidik jari. Berbagai hasil riset dari para ahli dermatoglyphics (ilmu yang mempelajari pola kulit) menunjukkan bahwa sidik jari berhubungan erat dengan perkembangan sistem syaraf seseorang. Hasil tes sidik jari ini dipercaya jauh lebih akurat daripada tes verbal. Cara termudah (dan temurah) adalah dengan melakukan pengamatan sendiri terhadap anak Anda. Berhati-hatilah dalam melakukan pengamatan. Anak anda mungkin mendapat nilai jelek dan tidak suka pada pelajaran matematika, namun sebenarnya dia memiliki tingkat kecerdasan logika matematika yang tinggi. Nilai jelek hanya karena dia tidak suka dan tidak mengerti cara mengajar sang guru matematika. 

 BEBERAPA PERTANYAAN UNTUK MEMBANTU MENGIDENTIFIKASI KECERDASAN MAJEMUK ANAK ANDA 
Kecerdasan Logika Matematika Apakah anak anda : Menyenangi pelajaran matematika? Senang menyelesaikan berbagai soal matematika? Senang bekerja dengan komputer? Sering bertanya mengenai cara kerja suatu benda? Senang permainan yang menggunakan strategi, seperti puzzle, catur atau othello? Senang melakukan percobaan ilmiah? Kecerdasan Linguistik Apakah anak anda : Senang membaca buku? Senang belajar kosa kata baru dan menggunakannya dalam berbicara atau menulis? Senang bercerita atau mendengarkan cerita? Memiliki ingatan yang baik tentang orang, tempat, nama dan tanggal? Sering kesal jika seseorang salah menggunakan kata? Kecerdasan Spasial Apakah anak anda : Senang menggambar? Atau senang mencoret-coret di atas kertas? Senang berkhayal? Lebih mudah membaca peta, gambar dan diagram dibandingkan tulisan? Dapat menemukan jalan di tempat baru tanpa harus ditunjukkan? Senang membongkar sesuatu dan menggabungkannya kembali? Senang bermain balok 3 dimensi seperti LEGO? Kecerdasan Kinestetik Apakah anak anda : Tidak bisa diam atau kakinya terus bergerak ketika sedang duduk untuk waktu yang agak lama? Senang melakukan kegiatan seperti berenang, berlari, naik sepeda atau bermain sepatu roda? Menggunakan bahasa tubuh dan gerakan tangan ketika berbicara dengan orang lain? Ingin menyentuh benda yang baru dikenalnya/ dilihatnya? Senang mencoba kegiatan olah raga baru dan tidak cepat lelah? Menunjukkan gerakan fisik yang berbeda sewaktu sedang berpikir atau bekerja? Menirukan gerakan tubuh orang lain? Kecerdsan Musikal Apakah anak anda : Senang mendengarkan musik? Senang bernyanyi atau bersenandung? Kesal jika suara musik dimatikan? Senang memainkan alat musik? Mudah mingingat irama suatu lagu walaupun baru mendengar satu kali? Memilki suara yang indah? Kecerdasan Interpersonal Apakah anak anda : Memiliki dua atau lebih sahabat dekat? Mengerti perasaan teman mereka dari raut wajah, gerakan tubuh dan suara? Memperhatikan perasaan temannya? Bisa berempati dengan orang lain? Membantu temannya menyelesaikan masalahnya? ‘Street Smart’ ? Menempati posisi di organisasi sekolah atau kelompok? Merupakan pemimpin secara alamiah? Kecerdasan Intrapersonal Apakah anak anda : Senang menyendiri? Membutuhkan tempat yang tenang untuk dirinya? Bisa mengekspresikan perasasnnya secara tepat? Memiliki ketertarikan atau hobi yang tidak suka ia bicarakan? Menunjukkan kemandirian dan keras kepala? Memiliki kemampuan untuk menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya? Kecerdasan Naturalis Apakah anak anda : Senang berada di luar ruangan dan senang bersepeda, mendaki gunung, berkemah, atau memancing? Senang mengkoleksi hal-hal yang berkaitan dengan alam misalnya bebatuan, bunga, dll? Tertarik dengan alam dan berusaha mempelajari secara rinci? Senang mengamati hal-hal yang terjadi di alam? Mempelajari hal-hal yang ditemukannya di alam? Senang mengamati bintang, bulan atau gelombang dan berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut? Senang binatang dan mau mempelajarinya?

Senin, 04 Juni 2012

Tausiah Bagi Guru


GURU DAN (YANG TIDAK PERNAH BERUBAH) PERUBAHAN

Bicara tentang guru di abad 21 ini, sosok guru seperti apa ya? Tentunya yang ideal untuk tampil menjadi sosok yang patut digugu dan ditiru! Yaitu guru yang peduli untuk berbicara masalah pendidikan. Masalah pendidikan yang selalu menjadi pembicaraan yang tidak pernah putus, namun citra pendidikan yang berkualitas justru terus semakin mengabur, seiring dengan semakin terpuruknya harga diri bangsa. Bahkan seorang wakil Presiden lalu dengan suara lirih mengatakan, 2 kali kedatangan orang nomor satu dari Indonesia ke Amerika, tak sebuah koranpun memberitakan. Saat Khazanah budaya dipaten oleh Negara tetangga, Indonesia baru menyadari setelah kehilangan. Saudara sebangsa terpojok dengan sebutan Indon, Indonesia tak lagi bergigi. Saat para perompak kas Negara berleha-leha di sudut-sudut Singapura, lalu di mana harga diri bangsa?
Di mana harga diri bangsa ini berada di antara himpitan dua tantangan besar di hadapan , yaitu desentralisasi yang tengah berlangsung dan era globalisasi yang akan bermula di tahun 2020. Alih-alih dapat menyakini sebagai Negara bervisi, yang ada Indonesia makin gamang. Padahal ujian berat ini hanya akan dilalui apabila seluruh bangsa dipersiapkan untuk menghadapi datangnya masa tersebut! Kuncinya terletak pada kualitas sumber daya yang handal dan berbudaya, sebagai hasil dari proses guruan yang tidak keliru! Proses tadi tidak dapat semata dirupiahkan dalam 20% anggaran guru, tetapi dalam konsistensi melakukan inovasi-inovasi yang dapat menghadirkan potret keberhasilan pendidikan bangsa.
Karena, kekeliruan kembali dalam mengelola pendidikan, dengan tetap mengedepankan kepentingan materi tetap hanya akan menghasilkan keadaan Indonesia yang carut-marut. Kualitas SDM terburuk di dunia dengan gelar Negara terkorup di dunia dan nomor satu di Asia, dan ribuan catatan krisis moral yang anehnya justru dipandang trendy oleh mayoritas masyarakat yang awam terhadap nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai kebenaran.
Bagaimanalah keawaman itu tidak terjadi, manakala 60% bangsa Indonesia adalah orang-orang yang tidak dapat menyekolahkan anaknya ke jenjang prasekolah, 72% keluarga Indonesia di pedesaan dipimpin oleh kepala keluarga tamatan SD, bahkan di kota masih mencapai angka 57,2% (Kompas, 2002). Penguat kekeliruan yang terjadi adalah masih hanya 10% saja proses belajar mengajar yang menyentuh sisi sosial emosi. Selebihnya hanya menyentuh sisi kognisi Partisipasi pendidikan yang makin rendah pada jenjang yang makin tinggi, yaitu 93% pada jenjang SD, 63,5 % pada jenjang SMP, 52, 32 % pada jenjang SMA dan hanya 14, 26 % pada jenjang Perguruan Tinggi. Bersyukurlah para guru yang mendapatkan kesempatan mengecap guruan tinggi, diiringi dengan doa tulus, perjuangan dan pengorbanan dari orang2 terkasih di sekeliling kalian, terutama orangtua atau wali kalian yang berjuang untuk memberi yang optimal untuk kalian.
Melalui moment hari guru, di mana pada pundak kalian tersemat amanah sebagai guru dengan kekokohan nilai Islam dan tanggung jawab professional, ambillah peran dalam memberi kontribusi untuk mengurai permasalahan tersebut secara jernih, dengan kearifan, kecantikan mengatur strategi dan kecermatan dalam menggali selurh potensi, sehingga dapat menata kerja yang dapat mencerahkan negeri dan meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini.
Dan, bukan guru yang justru membunuh karakter siswanya karena ketidaktahuan, bukan guru yang melecehkan siswanya, bukan guru yang menendang siswanya yang kurang gizi lalu siswa tersebut tak lagi dapat berjalan karena tulangnya begitu rapuh, bukan guru yang menukar idealism dengan lembar-lembar rupiah , dan bukan pula guru yang tidak dapat digugu dan ditiru.
Tapi guru yang berhati mulia yang selalu memandang hangat dan memberi semyum ketulusan pada siswa-siswa yang diamanahkan kepadanya, guru yang selalu termotivasi untuk selalu berbuat lebih baik untuk hari esok, guru yang hobinya membaca dan mencari tahu tentang kemajuan dan pengetahuan, guru yang “aware” bahwa dirinya tengah membentuk generasi bagai seorang peseni yang tengah membentuk tanah liat dengan mesin putarnya. Kemana tangan diputar, dan bagaimana tanah liat itu akan dilukis, begitulah guru akan membentuk siswanya.
Kami, para guru harus berjuang untuk tidak membiarkan mutu guru terus merosot untuk kualitas pendidikan yang tidak boleh kian terpuruk. Status guru terus harus meningkat dengan diimbagi dengan kesadaran penuh bahwa sebagai guru, guru harus terus eksis sebagai pelita dan embun penyejuk, dan siap menghadapi tantangan yang menurut Paul Kennedy dalam bukunya Preparing for the twenty first century, yaitu munculnya masyarakat yang semakin kompetitif, kecenderungan pada masalah-masalah social, kependudukan dan lingkunagn hidup, dan stabilitas politik yang berkaitan dengan perdamaian dunia. Wawasan outward looking sudah seharusnya menjadi paradigma guru, jangan pernah mengerdilkan cakrawala kita yang membuat munculnya perasaan inferior. Kebutuhan akses informasi pada saat ini merupakan syarat mutlak bagi guru agar berwawasan internasional. Sekolah2 berwawasan internasional semakin mengepung, dan perimbangan terhadap kompetensi guru semakin tertantang . Prof. Seymor Papert dari MIT Media laboratory telah meramalkan bahwa dunia di abad informasi akan memasuki sumber belajar dalam bentuk informasi highway dan untuk dapat memasukinya guru harus menguasai apa yang disebnut dengan knowlwgde machine. Polanya jadi semakin jelas, negari ini membutuhkan guru lokal yg berkemampuan cyber urus, professional berkualitas internasional, cosmopolitan dan bervisi global Robbaniyah.
Kenapa harus Robbaniyah? karena Allahlah Maha Pencipta dan hanya kepada-Nya tertuju dan berlandas segala upaya. Guru adalah perubah yang perubahannya berlandas kepada mutu dan kualitas yang mengusung nilai-nilai kebenaran berlandasan Al Quran dan As Sunah, sebagai landasan asasi di manapun dan kapanpun kita berkiprah sebagai hamba-NYA yang tidak diciptakan-NYA kita kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Ada 4 pilar yang harus ditegakkan agar perubahan itu dapat dilakukan oleh pendidik (Muhammad Said Hawwa) dalam bukunya Membangun Generasi Cerdas dan Berkualitas, yaitu:
  1. Kemauan dan tekad.
  2. Suri teladan yang baik.
  3. Metode yang benar.
  4. Hati yang bersih.
Pilar pertama kemauan dan tekad. Dalam jiwa pendidik yang sadar akan perannya sebagai perubah yang berdampak luas, kemauannya harus berada dalam kebebasan dan independent dari mengikuti segala bentuk kebatilan dan sebaliknya bersungguh-sungguh dalam berkemauan untuk tanggungjawab menunaikan amanahnya. Kemauan yang kuat dan tegas, bahwa dirinya menginginkan perubabahan menuju perbaikan, merealisasikan nilai-nilai syariah dan tanggungjawab profesionalnya adalah sebagai wujud ketaatanNYA kepada Allah. Dan hakikat mujahadah ini dapat terwujud dalam diri seorang pendidik hanya dengan menghadap kepada hakikat kebenaran itu sendiri. An Ankabut 69, “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan Allah, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.
Pilar kedua dalam reformasi adalah suri teladan. Perbaikan, perubahan dan pengaruh positif guru sebagai role model bagi siswa dan masyarakat, yang akan menghantarkan kepada kehidupan yang lebih baik, tidak akan terwujud tanpa adanya suri teladan yang baik. Kondisi kerusakan yang terjadi, adalah karena nihilnya suri teladan yang baik. Sejarah telah membuktikan bahwa kedigjayaan Islam pun menjadi niscaya karena pada diri Rasulullah itu telah ada suri teladan yang baik bagi orang yang mengharapkan datangnya rahmat Allah.
Syaikh Mustafa Shadiq ar Rafii juga menegaskan, bahwa “ Kebaikan pendidik yang shaleh akan mengakar ke dalam ruh. Pengaruhnya lebih kuat dari sekedar ilmu. Dirinya adalah wujud dari penafsiran kebenaran secara kongkrit. Gaya hidup dan sikapnya merupakan magnet yang mampu memulai dan melalukan perubahan menuju perbaikan”
Pilar ketiga adalah metode yang benar. Setelah Al Quran dan As Sunah maka sebagai metodologi, abad ini setelah bermuncullan berbagai perkembangan pengetahuan di bidang pendidikan sebagai kiat untuk meningkatkan kualitas metodologi pendekatan guru untuk sukses di kelas. Semuanya adalah implikasi dari prinsip-prinsip kesuksesan Rasulullah sebagai pendidik yang sukses menghantarkan obyek didiknya sebagai hamba Allah yang piawai memangku amanah sebagai khalifah di atas muka bumi ini. Maka tugas kita, adalah berkemauan keras untuk terus menuntut ilmu sepanjang hayat di kandung badan. Allah lah yang akan memudahkan jalan menuju syurga bagi hambaNYA yang komitmen berada pada route senantiasa mengkaji ilmu.
Pilar keempat dari proses perubahan adalah kesalihan hati. Hati adalah panglima. ”Sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah, jika ia saleh maka semua anggota jasadnya kan menjadi saleh”
Jagalah kesalehan hati agar semua yang dipimpinnya senantiasa mengajak atas segenap pendidik yang memilki kesalehan hati untuk senantiasa menyadari perannya sebagai perubah menuju perbaikan dan menghantarkan Indonesia dan dunia menuju kepada kondisi kesejahtera yang berkeadilan.
Sekali lagi selamat atas komitmen yang masih terjaga hingga fafar hari ini, untuk terus belajar meningkatkan diri menjadi pendidik sejati.























































 
GURU DAN (YANG TIDAK PERNAH BERUBAH) PERUBAHAN
Bicara tentang guru di abad 21 ini, sosok guru seperti apa ya? Tentunya yang ideal untuk tampil menjadi sosok yang patut digugu dan ditiru! Yaitu guru yang peduli untuk berbicara masalah pendidikan. Masalah pendidikan yang selalu menjadi pembicaraan yang tidak pernah putus, namun citra pendidikan yang berkualitas justru terus semakin mengabur, seiring dengan semakin terpuruknya harga diri bangsa. Bahkan seorang wakil Presiden lalu dengan suara lirih mengatakan, 2 kali kedatangan orang nomor satu dari Indonesia ke Amerika, tak sebuah koranpun memberitakan. Saat Khazanah budaya dipaten oleh Negara tetangga, Indonesia baru menyadari setelah kehilangan. Saudara sebangsa terpojok dengan sebutan Indon, Indonesia tak lagi bergigi. Saat para perompak kas Negara berleha-leha di sudut-sudut Singapura, lalu di mana harga diri bangsa?
Di mana harga diri bangsa ini berada di antara himpitan dua tantangan besar di hadapan , yaitu desentralisasi yang tengah berlangsung dan era globalisasi yang akan bermula di tahun 2020. Alih-alih dapat menyakini sebagai Negara bervisi, yang ada Indonesia makin gamang. Padahal ujian berat ini hanya akan dilalui apabila seluruh bangsa dipersiapkan untuk menghadapi datangnya masa tersebut! Kuncinya terletak pada kualitas sumber daya yang handal dan berbudaya, sebagai hasil dari proses guruan yang tidak keliru! Proses tadi tidak dapat semata dirupiahkan dalam 20% anggaran guru, tetapi dalam konsistensi melakukan inovasi-inovasi yang dapat menghadirkan potret keberhasilan pendidikan bangsa.
Karena, kekeliruan kembali dalam mengelola pendidikan, dengan tetap mengedepankan kepentingan materi tetap hanya akan menghasilkan keadaan Indonesia yang carut-marut. Kualitas SDM terburuk di dunia dengan gelar Negara terkorup di dunia dan nomor satu di Asia, dan ribuan catatan krisis moral yang anehnya justru dipandang trendy oleh mayoritas masyarakat yang awam terhadap nilai-nilai pendidikan dan nilai-nilai kebenaran.
Bagaimanalah keawaman itu tidak terjadi, manakala 60% bangsa Indonesia adalah orang-orang yang tidak dapat menyekolahkan anaknya ke jenjang prasekolah, 72% keluarga Indonesia di pedesaan dipimpin oleh kepala keluarga tamatan SD, bahkan di kota masih mencapai angka 57,2% (Kompas, 2002). Penguat kekeliruan yang terjadi adalah masih hanya 10% saja proses belajar mengajar yang menyentuh sisi sosial emosi. Selebihnya hanya menyentuh sisi kognisi Partisipasi pendidikan yang makin rendah pada jenjang yang makin tinggi, yaitu 93% pada jenjang SD, 63,5 % pada jenjang SMP, 52, 32 % pada jenjang SMA dan hanya 14, 26 % pada jenjang Perguruan Tinggi. Bersyukurlah para guru yang mendapatkan kesempatan mengecap guruan tinggi, diiringi dengan doa tulus, perjuangan dan pengorbanan dari orang2 terkasih di sekeliling kalian, terutama orangtua atau wali kalian yang berjuang untuk memberi yang optimal untuk kalian.
Melalui moment hari guru, di mana pada pundak kalian tersemat amanah sebagai guru dengan kekokohan nilai Islam dan tanggung jawab professional, ambillah peran dalam memberi kontribusi untuk mengurai permasalahan tersebut secara jernih, dengan kearifan, kecantikan mengatur strategi dan kecermatan dalam menggali selurh potensi, sehingga dapat menata kerja yang dapat mencerahkan negeri dan meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini.
Dan, bukan guru yang justru membunuh karakter siswanya karena ketidaktahuan, bukan guru yang melecehkan siswanya, bukan guru yang menendang siswanya yang kurang gizi lalu siswa tersebut tak lagi dapat berjalan karena tulangnya begitu rapuh, bukan guru yang menukar idealism dengan lembar-lembar rupiah , dan bukan pula guru yang tidak dapat digugu dan ditiru.
Tapi guru yang berhati mulia yang selalu memandang hangat dan memberi semyum ketulusan pada siswa-siswa yang diamanahkan kepadanya, guru yang selalu termotivasi untuk selalu berbuat lebih baik untuk hari esok, guru yang hobinya membaca dan mencari tahu tentang kemajuan dan pengetahuan, guru yang “aware” bahwa dirinya tengah membentuk generasi bagai seorang peseni yang tengah membentuk tanah liat dengan mesin putarnya. Kemana tangan diputar, dan bagaimana tanah liat itu akan dilukis, begitulah guru akan membentuk siswanya.
Kami, para guru harus berjuang untuk tidak membiarkan mutu guru terus merosot untuk kualitas pendidikan yang tidak boleh kian terpuruk. Status guru terus harus meningkat dengan diimbagi dengan kesadaran penuh bahwa sebagai guru, guru harus terus eksis sebagai pelita dan embun penyejuk, dan siap menghadapi tantangan yang menurut Paul Kennedy dalam bukunya Preparing for the twenty first century, yaitu munculnya masyarakat yang semakin kompetitif, kecenderungan pada masalah-masalah social, kependudukan dan lingkunagn hidup, dan stabilitas politik yang berkaitan dengan perdamaian dunia. Wawasan outward looking sudah seharusnya menjadi paradigma guru, jangan pernah mengerdilkan cakrawala kita yang membuat munculnya perasaan inferior. Kebutuhan akses informasi pada saat ini merupakan syarat mutlak bagi guru agar berwawasan internasional. Sekolah2 berwawasan internasional semakin mengepung, dan perimbangan terhadap kompetensi guru semakin tertantang . Prof. Seymor Papert dari MIT Media laboratory telah meramalkan bahwa dunia di abad informasi akan memasuki sumber belajar dalam bentuk informasi highway dan untuk dapat memasukinya guru harus menguasai apa yang disebnut dengan knowlwgde machine. Polanya jadi semakin jelas, negari ini membutuhkan guru lokal yg berkemampuan cyber urus, professional berkualitas internasional, cosmopolitan dan bervisi global Robbaniyah.
Kenapa harus Robbaniyah? karena Allahlah Maha Pencipta dan hanya kepada-Nya tertuju dan berlandas segala upaya. Guru adalah perubah yang perubahannya berlandas kepada mutu dan kualitas yang mengusung nilai-nilai kebenaran berlandasan Al Quran dan As Sunah, sebagai landasan asasi di manapun dan kapanpun kita berkiprah sebagai hamba-NYA yang tidak diciptakan-NYA kita kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Ada 4 pilar yang harus ditegakkan agar perubahan itu dapat dilakukan oleh pendidik (Muhammad Said Hawwa) dalam bukunya Membangun Generasi Cerdas dan Berkualitas, yaitu:
  1. Kemauan dan tekad.
  2. Suri teladan yang baik.
  3. Metode yang benar.
  4. Hati yang bersih.
Pilar pertama kemauan dan tekad. Dalam jiwa pendidik yang sadar akan perannya sebagai perubah yang berdampak luas, kemauannya harus berada dalam kebebasan dan independent dari mengikuti segala bentuk kebatilan dan sebaliknya bersungguh-sungguh dalam berkemauan untuk tanggungjawab menunaikan amanahnya. Kemauan yang kuat dan tegas, bahwa dirinya menginginkan perubabahan menuju perbaikan, merealisasikan nilai-nilai syariah dan tanggungjawab profesionalnya adalah sebagai wujud ketaatanNYA kepada Allah. Dan hakikat mujahadah ini dapat terwujud dalam diri seorang pendidik hanya dengan menghadap kepada hakikat kebenaran itu sendiri. An Ankabut 69, “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan Allah, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.
Pilar kedua dalam reformasi adalah suri teladan. Perbaikan, perubahan dan pengaruh positif guru sebagai role model bagi siswa dan masyarakat, yang akan menghantarkan kepada kehidupan yang lebih baik, tidak akan terwujud tanpa adanya suri teladan yang baik. Kondisi kerusakan yang terjadi, adalah karena nihilnya suri teladan yang baik. Sejarah telah membuktikan bahwa kedigjayaan Islam pun menjadi niscaya karena pada diri Rasulullah itu telah ada suri teladan yang baik bagi orang yang mengharapkan datangnya rahmat Allah.
Syaikh Mustafa Shadiq ar Rafii juga menegaskan, bahwa “ Kebaikan pendidik yang shaleh akan mengakar ke dalam ruh. Pengaruhnya lebih kuat dari sekedar ilmu. Dirinya adalah wujud dari penafsiran kebenaran secara kongkrit. Gaya hidup dan sikapnya merupakan magnet yang mampu memulai dan melalukan perubahan menuju perbaikan”
Pilar ketiga adalah metode yang benar. Setelah Al Quran dan As Sunah maka sebagai metodologi, abad ini setelah bermuncullan berbagai perkembangan pengetahuan di bidang pendidikan sebagai kiat untuk meningkatkan kualitas metodologi pendekatan guru untuk sukses di kelas. Semuanya adalah implikasi dari prinsip-prinsip kesuksesan Rasulullah sebagai pendidik yang sukses menghantarkan obyek didiknya sebagai hamba Allah yang piawai memangku amanah sebagai khalifah di atas muka bumi ini. Maka tugas kita, adalah berkemauan keras untuk terus menuntut ilmu sepanjang hayat di kandung badan. Allah lah yang akan memudahkan jalan menuju syurga bagi hambaNYA yang komitmen berada pada route senantiasa mengkaji ilmu.
Pilar keempat dari proses perubahan adalah kesalihan hati. Hati adalah panglima. ”Sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah, jika ia saleh maka semua anggota jasadnya kan menjadi saleh”
Jagalah kesalehan hati agar semua yang dipimpinnya senantiasa mengajak atas segenap pendidik yang memilki kesalehan hati untuk senantiasa menyadari perannya sebagai perubah menuju perbaikan dan menghantarkan Indonesia dan dunia menuju kepada kondisi kesejahtera yang berkeadilan.
Sekali lagi selamat atas komitmen yang masih terjaga hingga fafar hari ini, untuk terus belajar meningkatkan diri menjadi pendidik sejati.

Jumat, 01 Juni 2012

Profil Sekolah


IDENTITAS SEKOLAH



 Gedung SDIT Ar Rahmah
 
SD Islam Terpadu Ar Rahmah   
Alamat Sekolah
a.   Jalan     :    Jln. Masjid Ar Rahmah No. 17       
b.   Kelurahan/Desa            :    Sirnoboyo               
c.    Kecamatan                     :    Pacitan
d.   Kota                                :    Pacitan
e.    Propinsi                          :    Jawa Timur
f.     No Telepon                    :    (0357)  886617
g.   Kode Pos                        :    63551


VISI
Terbentuknya Siswa siswi yang cerdas mandiri  dan berakhlak mulia
MISI
         1.       Melakukan pembinaan kecerdasan intelektual,emosional dan spiritual
2.       Melatih kemandirian siswa dalam kehidupan sehari-hari
3.       Membiasakan semua warga sekolah berperilaku yang brakhlak mulia

QUALITY  ASSURANCE (JAMINAN MUTU)
SDIT AR RAHMAH PACITAN

1.  SHOLAT  DENGAN KESADARAN
2.  BERBAKTI  PADA ORANG TUA
3.  DISIPLIN
4.   PERCAYA DIRI
5.   SENANG MEMBACA
6.   BERPERILAKU SOSIAL YANG BAIK
7.  BERBUDAYA BERSIH
8.  NILAI 5 BIDANG STUDI TUNTAS
9.  TARTIL BACA AL QURAN
10.  HAFAL  2 JUZ  ALQUR’AN