SAMBUTAN KETUA YAYASAN AR RAHMAH PACITAN
PADA WISUDA KELAS VI
SDIT AR RAHMAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(
SUKATNO,S.Pd. MM.Pd)
ASSALAMU ‘ALAIKUM WR.WB.
Ykh. Bapak Kepala UPT TK dan SD
Kecamatan Pacitan
Ykh. Bapak Pembina Yayasan Ar
Rahmah Pacitan
Ykh. Bapak Ketua Komite SDIT Ar
Rahmah
Ykh. Bapak Kepala Sekolah SDIT Ar
Rahmah
Ykh. Bapak/ibu wali
murid,Wisudawan,seluruh Undangan Yang Berbahagia.
Mengawali
Kata sambutan kami, marilah kita renungi betapa banyak karunia nikmat yang
dilimpahkan oleh Allah SWT kepada kita semua sehingga pada siang hari ini kita
bisa menyaksikan anak-anak kita melalui proses dari panjangnya perjalanan
kehidupan yaitu mereka telah lulus dan memasuki sekolah lanjutan.
Sholawat dan salam semoga selalu
tecurah kepada Qudwah Hasanah Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah membimbing
kita semua ke jalan yang lurus.
Keberhasilan hidup manusia ternyata tidak
hanya ditentukan oleh kecakapan
intelektualitasnya saja tetapi
lebih dikuatkan oleh kecerdasan emosinya.
eneliti menemukan bahwa
keberhasilan hidup hanya
20% ditunjang oleh IQ selebihnya adalah unsur
pendukung lain. Unsur pendukung
yang terbesar adalah EQ
atau kecerdasan emosi. Peran IQ
dalam mengantarkan sukses seseorang hanya menempati urutan kedua
sesudah kecerdasan emosi.
Emosi di sini lebih dipandang sebagai sumber energi dan semangat manusia yang paling kuat yang
dapat memberikan sumber kebijakan
intuitif. Emosi memberi informasi penting dan berpotensi menguntungkan.
Bagi sebuah pribadi, kecerdasan emosi
mampu menyalakan kreativitas, membuat
jujur dengan diri sendiri, memberikan
panduan nurani bagi hidup dan
karir, menuntun ke kemungkinan yang tidak
terduga. Kecerdasan emo-si juga
menuntut seseorang untuk belajar
mengakui dan menghargai orang lain. Ke-cerdasan emosi bekerja secara
sinergis dengan keterampilan kognitif. Orang yang ber-prestasi
tinggi memiliki keduanya. Makin
kompleks pekerjaan makin penting ke-cerdasan emosi. Kekurangan kecerdasan emosi dapat
menyebabkan orang terganggu dalam
menggunakan keahlian teknis atau keenceran otak yang mungkin
dimilikinya.
Kecerdasan emosi, dengan melihat pandangan di atas, jelas tidak
dapat dipungkiri lagi keluarbiasaannya. Dan tentunya hal
tersebut akan memunculkan
sinergi baru apa-bila diterapkan
dalam budaya pembelajaran. Pengajar
yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam hal ini memiliki kecenderungan dapat
menumbuhkan iklim yang kondusif dalam pembelajaran di sekolah. Pembicaraan hal
tersebut tidak dapat dile-paskan
dengan adanya konsep baru
dalam pembelajaran, yaitu
apa yang dinamakan dengan quantum learning atau
pembelajaran quantum.
Sekolah Islam Terpadu memang dirancang memadukan multi kecerdasan
yang diramu dalam pembelajaran yang menarik. Mengkondisikan Pemahaman pengelola
dan guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis multi kecerdasan tentu sangat
penting.
Di masa yang akan datang sudah selayaknya SDIT Ar Rahmah
meningkatkan kualitas layanan yang
memicu kecerdasan emosi anak kita
meningkat. Seperti yang telah di praktikkan di SDIT Ar Rahmah yaitu :
1. Pemahaman diri sendiri yaitu menganali kekurangan dan kelmahan
diri untuk dirubah menjadi kekuatan diri. Dengan kegiatan mentoring, MABIT
(malam bina iman dan Taqwa)dll.
2. Melatih siswa menyelaraskan diri dengan berbagai karakter manusia.
Kegiatannya yaitu menanamkan empati, menerima kekurangan orang lain, menghargai
kelebihan dan keunikan teman.
3. Melatih ketahanan diri jika menhadapi persoalan anak tidak
frustasi dan mudah menyerah. Maka muulai semester ini SDIT Ar rahmah mengangkat
tenag khusus Sarjana Bimbingan dan konseling yang berperan mengarahkan siswa
siap menghadapi cobaan hidup.
4. Buku Penghubung, walaupun perlu dioptimalkan dan terus dipahamkan
kepada orang tua supaya rajin mencatat dan menyampaikan perkembangan putra
putrinya yang menyangkut perkembangan emosi.Dan seharusnya guru melayani dengan
baik curhat orang tua mencata dalam buku catatan perkembangan siswa dipantai
untuk diadakan pembimbingan.
Selain itu
kita juga akan menghadapi perkembangan dunia yang sangat pesat yaitu perkembangan Tekhnologi Informasi,
sebagaimana disampaikan oleh : Collin Cherry mengungkapkan perkembangan
teknologi komunikasi yang cepat dewasa ini dengan istilah explosion. Hal ini
disebabkan, Pertama, secara potensial
teknologi komunikasi menjangkau seluruh permukaan bumi hanya dalam tempo
sekejap. Kedua, jumlah pesan
dan arus lalu lintas informasi telah berlipat ganda secara geometrik. Untuk dua
dekade belakangan ini saja, jumlah kontak komunikasi global yang ada
diperkirakan sama banyak dengan komunikasi serupa selama beberapa abad lalu. Ketiga, kompleksitas teknologinya
sendiri semakin canggih (sophisticated),
baik piranti lunak maupun piranti kerasnya.
Maka sudah
selayaknya peserta didik, kita bekali dengan beragam kompetensi untuk
menghadapi era global yaitu :
1. Penanaman
Keimanan
Sedini
mungkin anak-anak kita bekali dengan sebuah landasan ideologi yang kuat berupa
keimanan yang mendalam. Internalisasi nilai keimanan pada diri anak kita harus
tertanam mendalam di sanubari mereka sehingga dapat menjadi kekuatan yang hebat
walaupun badai tantangan global menerpa mereka. Banyak pelajaran dari Al quran
yang memberi keteladanan sebagaimana kisah Lukman yang mendidik dan menanamkan
aqidah yang kuat kepada anaknya.
2. Pembentukan
Karakter Asasi
John Naisbit
dan Istrinya Patricia Abdurdene pada awal tahun 90-an menulis buku “
Megatrend 2000” yang intinya hampir sama bahwa akan datang sebuah era
yang disebut dengan peradaban informasi. Dia mengatakan secara bersamaan akan
bangkit agama-agama. Hal ini karena orang memiliki kesadaran bahwa agama yang sanggup membentengi
pengaruh-pengaruh negatif dari berkembangnya informasi. Maka sejak kecil
kita harus membentuk karakter anak kita mempunyai karakter asasi yaitu sebuah karakter
yang mampu menjadi benteng terhadap pengaruh buruk di jamannya.
3. Melatih
Anak Memanfaatkan Informasi
Kita juga
harus menanamkan sebuah perilaku produktif pada anak bahwa dengan informasi
kita dapat memanfaatkan untuk kepentingan positif. Misalnya anak menggunakan
internet, kita membekali mereka untuk memanfaatkan kearah hal yang positif.
Semantara ini kita lebih banyak menjadi pengguna (komsumstif) terhadap informasi dan tehnologi. Kita hanya
mengambil, mengunduh, browsing, mencari berita dan informasi, bahkan juga
menjadi penikmat di akun-akun semacam jejaring sosial yang kita lebih banyak
mengeluarkan uang. Kita membekali anak agar dalam internet kita lebih banyak
menjadi subyek (produktif) dari pada
obyek (komsumtif).
Orang tua sering dipusingkan oleh tingkah anaknya yang gandrung dengan
informasi via internet, bahkan lupa waktu belajar. Pada tataran tertentu anak
akan menjadi sindrom/ketergantungan yang tak terbendung dan berdampak pada
psikologis anak. Maka mulailah sekarang, menyiapkan anak anak kita mampu dan
mahir menggunakan sarana informasi yang selanjutnya tidak sekedar mengambil
yang sudah dibuat oleh orang lain tapi anak kita mampu membuat sebuah karya
yang dimanfaatkan orang lain.
Akhirnya semoga anak-anak kita
mampu istiqomah menjaga konsep-konsep dasar yang sudah kita berikan selama
menuntut ilmu di SDIT Ar Rahmah, kami berharap kepada para orang tua untuk
mengawal putra dan putrinya untuk mempertahankan yang sudah dimiliki dan
meningkatkan ke kompetensi yang lebih baik, untuk meraih cita-cita agar kelak
menjadi generasi yang tangguh lahir dan batin membangun bangsa Indonesia yang
kita cintai.
Allahu Akbar 3x
Mohon maaf yang sebesar-besarnya
kami haturkan kepada semua pihak atas kekurangan dan kesalahan kami serta
ketidaksempurnaan kami dalam memberikan pelayanan dan pengelolaan SDIT Ar
Rahmah Pacitan.
WASSALAMU ALAIKUM WR.WB.