Pendidikan
Karakter pada Sekolah Islam Terpadu (SIT)
Sekolah Islam Terpadu menjadikan
pendidikan karakter sebagai pilar utama dalam proses penyelenggaraannya. Oleh
karena itu, SIT mengembangkan prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut:
- Menjadikan Islam sebagai landasan filosofis.
- Mengintegrasikan nilai Islam ke dalam bangunan
kurikulum.
- Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk
mencapai optimalisasi proses belajar mengajar.
- Mengedepankan qudwah hasanah dalam membentuk karakter
peserta didik.
- Menumbuhkan biah solihah dalam iklim dan lingkungan
sekolah: menumbuhkan kemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan
kemungkaran.
- Melibatkan peran-serta orangtua dan masyarakat dalam
mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
- Mengutamakan nilai ukhuwwah dalam semua interaksi antar
warga sekolah.
- Membangun budaya rawat, resik, rapih, runut, ringkas,
sehat dan asri.
- Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu
berorientasi pada mutu.
- Menumbuhkan budaya profesionalisme.
Nilai-nilai Islam menjadi inspirasi
dan sekaligus pemandu utama dalam penyelenggaraan pendidikan di SIT. SIT
meyakini bahwa pendidikan Islam akan mampu:
- Membentuk sikap dan kepribadian yang kuat berdasarkan
prinsip-prinsip nilai keilahiyahan. Dengan aqidah yang benar, seorang
muslim akan mampu menunjukkan sikapnya yang tegar, tsabat, istiqomah dan
selalu berfihak dan membela al Haq.
- Memompa semangat keilmuan dan karya. Islam mengajarkan
pemeluknya untuk selalu berfikir dan berkarya. Doktrin Islam adalah:
”sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling memberi manfaat bagi orang
lain”
- Membangun karakter/pribadi yang saleh : selalu
menegakkan nilai-nilai dan praktek ibadah. Pendidikan agama Islam mendidik
dan mendisiplinkan pemeluknya untuk selalu taat beribadah kepada Allah
SWT. Dengan perilaku ibadah yang bersih, niscaya akan terbentuk karakter
muttaqien, selalu menjauhi perilaku negatif dan destruktif
- Membangun Sikap Peduli: Islam selalu mengajarkan sikap
peduli kepada orang lain, hewan dan lingkungan. Sikap peduli akan
melahirkan sikap yang selalu membangun dan memecahkan segala permasalahan
sosial.
- Membentuk pandangan yang visioner, berfikir, bekerja
dan bertindak untuk kepentingan masa depan.
Bagaimana menerapkan pendidikan
karakter di sekolah?
Menurut Ratna Megawangi, Founder
Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter:
- MORAL KNOWING : Memahamkan dengan baik pada anak
tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa
berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik
- MORAL FEELING : Membangun kecintaan berperilaku baik
pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik.
Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.
- MORAL ACTION : Bagaimana membuat pengetahuan moral
menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap
sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior.
Dengan tiga tahapan ini, proses
pembentukan karakter akan jauh dari kesan dan praktik doktrinasi yang menekan,
justru sebaliknya, siswa akan mencintai berbuat baik karena dorongan internal
dari dalam dirinya sendiri.
Masih menurut Indonesia Heritage
Foundation, ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri anak, yaitu:
- Cinta Allah, dg segenap ciptaanNya
- Kemandirian ,tanggung jawab
- Kejujuran, bijaksana
- Hormat, santun
- Dermawan, suka menolong, gotong royong
- Percaya diri, kreatif, bekerja keras
- Kepemimpinan, keadilan
- Baik hati, rendah hati
- Toleransi, kedamaian, kesatuan.
Tips untuk menerapkan pendidikan
karakter di sekolah
Berikut adalah tips untuk sukses
menerapkan pendidikan berbasis karakter di sekolah:
- Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan
kepada seluruh stake holder sekolah melalui berbagai media : buku panduan
untuk orang tua (dan siswa), news untuk orang tua, pelatihan.
- Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga
kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai
ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang diyakini sekolah.
- Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut
di kelas masing-masing.
- Memberikan dilema-dilema dalam mengajarkan suatu
nilai, misalnya tentang kejujuran.
- Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan.
- Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada
pelanggaran.
- Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah
dengan anak adalah masalah besar atau Masalahnya tidak selesai.
Dari semua komponen sekolah, yang
paling berperan mensukseskan program pendidikan berbasis karakter di sekolah,
adalah GURU. Tentunya diperlukan GURU BERKARAKTER untuk menghasilkan SISWA
BERKARAKTER. Meski diperlukan kesabaran dan ketekunan, menghasilkan anak didik
yang berakhlak dan berkarakter baik tentunya sangat membahagiakan, karena
menjadi penyebab seseorang mendapatkan kebaikan itu lebih baik dari dunia dan
seisinya!